Custom Search

Thursday, October 9, 2008

Orang Yang Tidak Tahu Bersyukur

Suatu malam habis shalat taraweh di mesjid, saya dijemput beberapa orang kerabat dekat seorang yang sedang sakit, minta tolong saya untuk mengabati si sakit. Saya kenal si sakit ini, tetapi tidak akrab. Dia seorang janda yang ditinggal cerai oleh suaminya yang kawin lagi. Teman dekat saya yang waktu itu ada di mesjid ikut juga bersama saya.
Begitu sampai di tempat si sakit, sekitar belasan keluarga dan kerabat dekatnya menunggui si sakit. Dari penuturan si sakit, dia menderita sakit di perut sekitar setahun. Keluhan sakit perut yang kadang-kadang membuatnya sesak napas. Perutnya terlihat agak membesar. Diapun sudah berobat kemana-mana, baik dokter maupun non medis, tetapi tidak membuahkan hasil dalam arti dia tetap merasakan sakit sampai saat itu.
Setelah menjalani terapi beberapa menit, si sakit menyatakan bahwa rasa sakitnya hilang sama sekali saat itu juga. Saya jelaskan pada si sakit dan belasan orang yang ada disitu bahwa ini sebagai tanda bahwa pengobatan yang saya lakukan membuahkan hasil, berarti pengobatannya tepat. Untuk menuntaskannya, saya harus ketemu bekas suaminya untuk menyelesaikan persoalannya yang berkaitan dengan penyakitnya. Dari tanya jawab saya dengan si sakit, saya sampai pada kesimpulan bahwa penyakitnya karena perbuatan dia sendiri dan berkaitan erat dengan bekas suaminya. Memang suaminya sudah dicari oleh pihak keluarga sekian lama, tetapi tidak ketemu. Saya katakan bersabar saja, tokh rasa sakit yang diderita sudah hilang sama sekali.
Saat itu saya tegaskan sampai lima enam kali dan saya minta yang hadir jadi saksi, si sakit tidak boleh lagi berobat ke dukun, kiyai, paranormal dan semacamnya. Kalau dilanggar, saya tidak akan menanganinya lagi.
Tiga hari kemudian, saya dicari lagi oleh keluarga si sakit di mesjid, tetapi malam itu setelah selesai shalat taraweh, saya ke rumah seorang teman untuk urusan pembangunan masjid yang sedang dirampungkan. Sayapun dijemput disitu. Penjemput saya mengatakan bahwa si sakit kambuh lagi sakitnya.
Di tempat si sakit ada belasan orang keluarga dan kerabat dekat, banyak diantara mereka yang hadir pada saat kunjungan saya yang pertama yang saya minta jadi saksi. Saya ungkapkan kepada semua yang hadir dan si sakit bahwa larangan saya telah dilanggar. Kebanyakan diantara mereka merasa heran karena saya bisa tahu padahal tidak ada yang kasih tahu. Kemudian saya tegaskan, karena larangan saya telah dilanggar, sesuai dengan penegasan saya sebelumnya, saya tidak akan menangani lagi si sakit.
Kemudian diungkaplah oleh kakak perempuan si sakit bahwa sore hari sebelum saya dijemput untuk kedua kalinya, adik laki-laki mereka membawa dukun kesitu untuk mengobati si sakit. Si dukun dibayar cukup mahal, sebahagian besar uang hasil kontrakan rumah yang baru diterima si sakit diberikan kepada dukun tersebut.
Saya katakan pada si sakit dan semua yang hadir, suruh dukun itu bertanggung jawab karena dia sudah dibayar sangat mahal, jangan minta tolong pada saya lagi.
Sangat mengherankan bagi saya, si sakit itu tidak bayar sepeserpun pada saya, rasa sakit yang diderita sekian lama hilang seketika setelah saya obati, malah melanggar larangan saya yang tidak lain untuk kesembuhan dirinya. Malah dia beli lagi penyakit dengan harga sangat mahal dengan membayar dukun sangat mahal.
Menurut saya, orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang tidak tahu bersyukur karena inti pokok pengobatan yang saya lakukan adalah mohon pertolongan pada Allah Taala. Do’a berupa permohonan ini dilakukan sendiri oleh si sakit seperti yang saya bimbing dan oleh diri saya sendiri tentunya.
Saya tidak berani lagi memaksakan diri untuk menolong orang-orang semacam ini, takut Allah Taala menguji saya lagi dengan rasa sakit yang berkepanjangan seperti sebelumnya.
Kalau tidak salah setelah sebulan lebih menderita, akhirnya si sakit meninggal.
Beberapa kasus yang mirip seperti ini saya temukan dalam pengobatan. Masih jadi pertanyaan buat saya, mengapa mereka menganggap sepele apa yang saya tentukan, apakah karena sembuhnya sangat gampang, bayarannya murah atau gratisan, atau karena sikap saya sebelumnya yang tidak pernah menolak untuk menolong orang sakit yang datang minta tolong pada saya, siapapun dia.
Belajar dari pengalaman-pengalaman ini, saya mohon maaf karena sekarang harus selektif menerima orang-orang yang akan saya obati agar tidak membebani saya dan keluarga saya.

TOP SELLING BUKU TERAPI ALIF

No comments: