Custom Search

Wednesday, September 17, 2008

Tidak Jadi Bedah Kandung Kemih

JH Alifulhaq

Awal Agustus 2006 lalu, di kantor saya ketemu teman sekantor yang baru saja dirawat di rumah sakit selama seminggu karena menderita maag, begitu menurut diagnosa dokter di rumah sakit tersebut.

Setelah maagnya diobati, teman ini merasakan kesakitan di pinggang dan di kandung kemihnya. Dokter menvonisnya, ada masalah dengan kandung kemihnya dan ada batu di saluran yang menuju kandung kemih. Vonis dijatuhkan setelah dokter meneliti hasil foto rengent, dan dia diharuskan segera masuk rumah sakit untuk dioperasi/dibedah.

Tetapi teman saya ini takut dibedah, dia tunjukkan pada saya hasil foto rengent nya, saya lihat dan teliti. Begitu saya tanyakan dia di bahagian mana dari organ tubuh dia dalam foto itu yang bermasalah, dia juga tidak bisa menunjukkan.

Teman saya tersebut sebentar-sebentar minum jamu mungkin untuk mengurangi rasa sakit atau sebagai obat agar tidak perlu dioperasi, tetapi rasa sakit tetap saja menyiksanya.

Dia tanya pendapat saya tentang penyakitnya, saya jawab sesuai yang saya ketahui. Saya tegaskan bahwa penyakitnya bukan seperti yang dikatakan dokter itu.
Dia juga tahu saya biasa mengobati orang tetapi tidak minta tolong pada saya. Mungkin dia tidak percaya pada model pengobatan seperti yang saya lakukan dan tidak bisa masuk nalarnya. Mungkin dia berpikir kalau saya mengobati orang dengan cara berdo’a pada Allah, dia seharusnya tidak akan menderita penyakit yang non medis karena dia sangat rajin ibadah pada Allah. Secara turun-temurun mereka adalah orang-orang yang rajin ibadah, tidak percaya pada dukun dan semacamnya.

Saya juga tidak mau mengajukan diri untuk menolongnya, takut dia salah terima. Tetapi saya kepikiran terus, ingat dia yang takut dibedah. Menurut pengalaman saya kalau kasus serupa dibedah, dia tidak akan bisa ditolong lagi, kalau tidak meninggal, dia akan sakit terus-menerus berkepanjangan sampai meninggal.
Hal inilah yang sangat menghawatirkan saya dan terus menghantui pikiran saya saat itu.

Sore hari masih hari yang sama, saya ketemu dia lagi waktu sama-sama ke masjid untuk shalat ashar. Habis shalat saat dia hendak kembali ke ruangan saya tahan dia di teras masjid. Saya menawarkan diri hanya untuk sekedar mengecek penyakitnya, ternyata dia mau.

Saya jabat tangannya kemudian saya terus memegangnya demikian sekitar tiga puluh detik, saya tanya apa yang dia rasakan. “ Saya mual, mau muntah “, kata dia. Saya suruh dia muntah di kamar mandi.

Setelah kembali dari kamar mandi, dia tidak merasakan sakit lagi, sakitnya hilang seketika, badannya yang panas juga sudah normal. Sakit di kandung kemih dan pinggang langsung sirna seketika.

Alhamdulilah dia tidak jadi dioperasi. Kalau dia tidak melanggar apa yang saya tetapkan dan tidak lalai melaksanakan apa yang saya minta, insyaallah tidak akan kambuh lagi.

TOP SELLING BUKU TERAPI ALIF

No comments: